Pages

Rabu, 18 September 2013

siswa istimewa 1- part 2, Dokter Loci

siswa istimewa saya yang bernama Loci ini sangat mengetahui bahwa dirinya berbeda dari teman-temannya yang lain. ia mencari informasi tentang kelainan yang ia alami. suatu hari yang cerah, ia diajak oleh orang tuanya ke dokter. nama dokternya adalah dokter dobi. *ya, nama dokternya juga karangan saya :D

dokter dobi menjelaskan bahwa loci mengalami permasalahan di bagian otak yang mengurusi tentang motorik. 
" dokter, sebenernya saya sakit apa sih dok?"
" kamu beneran pengen tau tentang penyakitmu?"
" iya dok"
" bagian otak yang mengurusi tentang motorik mengalami permasalahan. tapi kamu tidak usah bersedih. Allah sangat sayang sama kamu"
" iya dok, saya juga sempet nyari tau. sebenernya saya ini sakit apa, saya sempet marah dan ngerasa sedih. Allah maunya apa sih dok?."
" Loci, tidak semua orang yang Allah berikan takdir seperti ini. kita semua tidak bisa memilih takdir. kita semua tidak bisa memilih akan dilahirkan dalam bentuk seperti apa. tapi kita bisa menjalankan hidup dengan baik. ya kita bisa memilih untuk hidup dengan baik atau mati konyol. menurutmu, apa dengan marah pada takdir dan kondisi akan merubah keadaan?"
" iya dok, saya tau bahwa dengan saya marah segimanapun, keadaannya ga akan berubah. dokter, saya gamau mati konyol. itu artinya saya harus hidup dengan baik."

sejak pertama kali bertemu dengan loci, saya merasa bahwa siswa saya ini sangat berbeda. wajahnya bersih dan selalu tampak ceria di kursi rodanya. tadi pagi, ketika terapi berlangsung, saya mengamatinya. ketika ia terlihat akan jatuh, saya refleks menangkapnya. 

" makasih ya kak. sebenernya gapapa kok kak, kalau aku keliatan mau jatuh, ya gapapa jatuh aja. paling rasanya sakit..ga ada rasa lain..hehe"

saya terdiam. mungkin selama ini saya terlalu takut untuk sakit, sehingga saya marah ketika saya jatuh. ya, sesimple itu ia memahami dunia. ada konsekuensi dari setiap pilihan yang kita ambil. mengapa harus marah ketika jatuh, bukankah hanya akan terasa sakit dan ketika kita tahan, sakit itu perlahan pergi. justru rasa marah membuat sakitnya semakin sakit.
 
setelah saya memperbaiki posisi duduk loci, ia melanjutkan cerita tentang dokternya.
" ia kak,saya kagum dengan dokter saya. ia selalu menyemangati saya. ia selalu melarang saya untuk berputus asa. ia selalu meyakinkan saya bahwa Allah sangat menyayangi saya"

***
" Loci, Allah sangat menyayangimu. Allah berikan ujian yang tidak semua orang bisa menghadapinya. jadilah loci yang selalu riang ceria."
" dokter, kenapa dokter begitu baik?"
" loci, bagi seorang dokter, tidak ada yang lebih membahagiakan selain semangat dari pasien. sesakit apapun, dengan keyakinan dan semangat, insha Allah kita bisa hidup dengan baik"

tidak berapa lama setelah percakapan itu terjadi, dokter loci harus pindah kota. mau tidak mau loci harus dirawat oleh dokter lainnya, nama dokternya adalah dokter bido.

kak, waktu pertama kali bertemu dengan dokter bido, beliau bilang " maaf pak, anak bapak sudah tidak ada harapan lagi. andai saja bapak membawa anak bapak dari awal, pasti keadaannya tidak akan seperti ini."
orang tua saya sangat sedih mendengar kata-kata dokter bido. saya biasa aja kak. saya yakin Allah gak salah pilih orang. Allah sayang sama saya. kak, saya belajar bahwa kita tidak boleh memupuskan harapan hidup seseorang.

"mungkin kita tidak ingat pernah melakukan kebaikan pada orang lain, tapi siapa yang akan menyangka bahwa bisa jadi dari kebaikan kita itulah bisa memperbaiki kehidupan orang lain."

0 komentar:

Posting Komentar

Rabu, 18 September 2013

siswa istimewa 1- part 2, Dokter Loci

Diposting oleh Vivin Uswatun Hasanah di 00.49
siswa istimewa saya yang bernama Loci ini sangat mengetahui bahwa dirinya berbeda dari teman-temannya yang lain. ia mencari informasi tentang kelainan yang ia alami. suatu hari yang cerah, ia diajak oleh orang tuanya ke dokter. nama dokternya adalah dokter dobi. *ya, nama dokternya juga karangan saya :D

dokter dobi menjelaskan bahwa loci mengalami permasalahan di bagian otak yang mengurusi tentang motorik. 
" dokter, sebenernya saya sakit apa sih dok?"
" kamu beneran pengen tau tentang penyakitmu?"
" iya dok"
" bagian otak yang mengurusi tentang motorik mengalami permasalahan. tapi kamu tidak usah bersedih. Allah sangat sayang sama kamu"
" iya dok, saya juga sempet nyari tau. sebenernya saya ini sakit apa, saya sempet marah dan ngerasa sedih. Allah maunya apa sih dok?."
" Loci, tidak semua orang yang Allah berikan takdir seperti ini. kita semua tidak bisa memilih takdir. kita semua tidak bisa memilih akan dilahirkan dalam bentuk seperti apa. tapi kita bisa menjalankan hidup dengan baik. ya kita bisa memilih untuk hidup dengan baik atau mati konyol. menurutmu, apa dengan marah pada takdir dan kondisi akan merubah keadaan?"
" iya dok, saya tau bahwa dengan saya marah segimanapun, keadaannya ga akan berubah. dokter, saya gamau mati konyol. itu artinya saya harus hidup dengan baik."

sejak pertama kali bertemu dengan loci, saya merasa bahwa siswa saya ini sangat berbeda. wajahnya bersih dan selalu tampak ceria di kursi rodanya. tadi pagi, ketika terapi berlangsung, saya mengamatinya. ketika ia terlihat akan jatuh, saya refleks menangkapnya. 

" makasih ya kak. sebenernya gapapa kok kak, kalau aku keliatan mau jatuh, ya gapapa jatuh aja. paling rasanya sakit..ga ada rasa lain..hehe"

saya terdiam. mungkin selama ini saya terlalu takut untuk sakit, sehingga saya marah ketika saya jatuh. ya, sesimple itu ia memahami dunia. ada konsekuensi dari setiap pilihan yang kita ambil. mengapa harus marah ketika jatuh, bukankah hanya akan terasa sakit dan ketika kita tahan, sakit itu perlahan pergi. justru rasa marah membuat sakitnya semakin sakit.
 
setelah saya memperbaiki posisi duduk loci, ia melanjutkan cerita tentang dokternya.
" ia kak,saya kagum dengan dokter saya. ia selalu menyemangati saya. ia selalu melarang saya untuk berputus asa. ia selalu meyakinkan saya bahwa Allah sangat menyayangi saya"

***
" Loci, Allah sangat menyayangimu. Allah berikan ujian yang tidak semua orang bisa menghadapinya. jadilah loci yang selalu riang ceria."
" dokter, kenapa dokter begitu baik?"
" loci, bagi seorang dokter, tidak ada yang lebih membahagiakan selain semangat dari pasien. sesakit apapun, dengan keyakinan dan semangat, insha Allah kita bisa hidup dengan baik"

tidak berapa lama setelah percakapan itu terjadi, dokter loci harus pindah kota. mau tidak mau loci harus dirawat oleh dokter lainnya, nama dokternya adalah dokter bido.

kak, waktu pertama kali bertemu dengan dokter bido, beliau bilang " maaf pak, anak bapak sudah tidak ada harapan lagi. andai saja bapak membawa anak bapak dari awal, pasti keadaannya tidak akan seperti ini."
orang tua saya sangat sedih mendengar kata-kata dokter bido. saya biasa aja kak. saya yakin Allah gak salah pilih orang. Allah sayang sama saya. kak, saya belajar bahwa kita tidak boleh memupuskan harapan hidup seseorang.

"mungkin kita tidak ingat pernah melakukan kebaikan pada orang lain, tapi siapa yang akan menyangka bahwa bisa jadi dari kebaikan kita itulah bisa memperbaiki kehidupan orang lain."

0 komentar on "siswa istimewa 1- part 2, Dokter Loci"

Posting Komentar