Pages

Jumat, 04 Maret 2016

copas: Apa yang paling penting dari diri seorang manusia

APA YANG PALING PENTING DARI DIRI SEORANG MANUSIA?
Oleh Tim Yayasan Kita dan Buah Hati
Narasumber : Elly Risman, Psi (Direktur, Psikolog, dan Trainer Yayasan Kita dan Buah Hati)
⁠⁠⁠
〰〰〰〰〰〰
Apa yang paling penting dari diri seorang manusia?
Ibu Elly Risman menjawab : Perasaannya.
Perasaan mencerminkan keseluruhan diri seseorang.
Mengapa?
Karena yang berkembang pertama kali dari otak seseorang (otak merupakan mesin utama manusia bukan?) adalah pusat perasaan.
Manusia pertama kali belajar segala sesuatu didorong oleh perasaan, terutama perasaan diri dan orang terdekat.
Kita pertama kali belajar berkomunikasi dengan mengutarakan perasaan (melalui senyuman, tawa, tangisan, rengekan, bahkan rintihan).
Kita juga belajar merespon orang lain dari perasaan kita yang menangkap perilaku orang tersebut.
Lalu, bagaimana jika kita menolak atau mengabaikan perasaan seseorang?
Yang diterima orang tersebut adalah kita menolak keseluruhan dirinya. Apalagi bagi anak-anak yang sedang belajar menamai dan mengenali perasaannya sendiri.
Apa yang kelak terjadi saat anak dewasa?
Ia yang terlalu sering ditolak perasaannya, belajar bahwa perasaannya tidak penting.
Lalu, bagaimana mungkin ia bisa mengelola perasaannya? bagaimana mungkin ia bisa menerima perasaan orang lain?
Berikut video kampanye di India dari ‪#‎VogueEmpower‬untuk menyikapi perlakuan laki-laki terhadap wanita, dimana wanita seringkali menjadi korban perasaan laki-laki dalam bentuk kekerasan dan perkosaan.
Tak beda dengan di Indonesia, anak laki-laki tidak (boleh) menangis.
Dampaknya?
Terwujud dalam kasus yang umum terjadi : kekerasan terhadap yang lebih lemah.
Masalah lebih pelik ketika korban kekerasan lalu melampiaskan kepada yang lebih lemah lagi. Terbentuklah lingkaran kekerasan. Dari mana mulai mengurai?
Video bertagar ‪#‎StartWithTheBoys‬ mengambil akar masalah yang tepat. Mengajak orangtua untuk menerima perasaan anak kita, terutama anak laki-laki. Mengapa?
Daniel Goleman menyatakan bahwa problem solving dan kecerdasan emosi (mengenali emosi, mengelola emosi, dan ekspresi emosi dengan cara yang benar), diajarkan oleh ayah.
Kecerdasan emosi tak bisa diajarkan semalam jadi. Ia adalah buah dari pengasuhan sejak bayi baru lahir.
Tak beda dengan perempuan, anak laki-laki juga manusia.
baca bahasa tubuh anak kita, lalu terima dan namai perasaannya.
"kamu lapar ya? ooo sakit ya karena jatuh? kamu takut tenggelam ya? kamu khawatir ibu pergi ya?"
Hadirkan diri kita 100% untuk mendengarkan apa yang membuat ia merasa lapar, sakit, takut, dan berbagai perasaan yang ia rasakan.
Bantu anak kita menerima emosinya dengan belaian, pelukan, dan memberi rasa tenang.
Ajarkan anak untuk mengekspresikan emosinya lewat kata-kata. "Oooo jadi adek ga mau masuk kelas karena takut ibu pergi?"
Pahami perasaan dan kebutuhan anak dengan mendengar aktif, "jadi, adek ingin ibu temenin dulu?".
Pahami keterbatasan anak dan bantu ia untuk mengatasinya bahkan sebelum kita membawanya ke situasi yang mungkin akan membuat ia tidak nyaman.
"Sayang, besok adek akan mulai sekolah. Di sana akan ada bu guru yang baik, teman-teman yang banyak, ada mainan, buku, pinsil warna-warni. kamu bisa bernyanyi lagu-lagu bagus dengan bu guru dan teman-teman. Bunda juga bekalkan makanan kesukaanmu, mau? Bunda akan jemput ketika adek akan pulang".
Hal tersebut membantu anak beradaptasi dan lebih siap dengan yang akan ia hadapi.
Sampaikan juga perasaan kita dengan kata-kata dan tindakan untuk mendapat respon positif.
"Bunda akan senang sekali jika adek masuk kelas dengan gembira dan ikut main bersama teman-teman di dalam kelas".

Jika kenyataan yang terjadi tak seindah yang dibayangkan, lakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan sebagai orang tua : Menerima perasaan dan memahami kebutuhannya.
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Yayasan Kita dan Buah Hati
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰

Jumat, 04 Maret 2016

copas: Apa yang paling penting dari diri seorang manusia

Diposting oleh Vivin Uswatun Hasanah di 20.47 0 komentar
APA YANG PALING PENTING DARI DIRI SEORANG MANUSIA?
Oleh Tim Yayasan Kita dan Buah Hati
Narasumber : Elly Risman, Psi (Direktur, Psikolog, dan Trainer Yayasan Kita dan Buah Hati)
⁠⁠⁠
〰〰〰〰〰〰
Apa yang paling penting dari diri seorang manusia?
Ibu Elly Risman menjawab : Perasaannya.
Perasaan mencerminkan keseluruhan diri seseorang.
Mengapa?
Karena yang berkembang pertama kali dari otak seseorang (otak merupakan mesin utama manusia bukan?) adalah pusat perasaan.
Manusia pertama kali belajar segala sesuatu didorong oleh perasaan, terutama perasaan diri dan orang terdekat.
Kita pertama kali belajar berkomunikasi dengan mengutarakan perasaan (melalui senyuman, tawa, tangisan, rengekan, bahkan rintihan).
Kita juga belajar merespon orang lain dari perasaan kita yang menangkap perilaku orang tersebut.
Lalu, bagaimana jika kita menolak atau mengabaikan perasaan seseorang?
Yang diterima orang tersebut adalah kita menolak keseluruhan dirinya. Apalagi bagi anak-anak yang sedang belajar menamai dan mengenali perasaannya sendiri.
Apa yang kelak terjadi saat anak dewasa?
Ia yang terlalu sering ditolak perasaannya, belajar bahwa perasaannya tidak penting.
Lalu, bagaimana mungkin ia bisa mengelola perasaannya? bagaimana mungkin ia bisa menerima perasaan orang lain?
Berikut video kampanye di India dari ‪#‎VogueEmpower‬untuk menyikapi perlakuan laki-laki terhadap wanita, dimana wanita seringkali menjadi korban perasaan laki-laki dalam bentuk kekerasan dan perkosaan.
Tak beda dengan di Indonesia, anak laki-laki tidak (boleh) menangis.
Dampaknya?
Terwujud dalam kasus yang umum terjadi : kekerasan terhadap yang lebih lemah.
Masalah lebih pelik ketika korban kekerasan lalu melampiaskan kepada yang lebih lemah lagi. Terbentuklah lingkaran kekerasan. Dari mana mulai mengurai?
Video bertagar ‪#‎StartWithTheBoys‬ mengambil akar masalah yang tepat. Mengajak orangtua untuk menerima perasaan anak kita, terutama anak laki-laki. Mengapa?
Daniel Goleman menyatakan bahwa problem solving dan kecerdasan emosi (mengenali emosi, mengelola emosi, dan ekspresi emosi dengan cara yang benar), diajarkan oleh ayah.
Kecerdasan emosi tak bisa diajarkan semalam jadi. Ia adalah buah dari pengasuhan sejak bayi baru lahir.
Tak beda dengan perempuan, anak laki-laki juga manusia.
baca bahasa tubuh anak kita, lalu terima dan namai perasaannya.
"kamu lapar ya? ooo sakit ya karena jatuh? kamu takut tenggelam ya? kamu khawatir ibu pergi ya?"
Hadirkan diri kita 100% untuk mendengarkan apa yang membuat ia merasa lapar, sakit, takut, dan berbagai perasaan yang ia rasakan.
Bantu anak kita menerima emosinya dengan belaian, pelukan, dan memberi rasa tenang.
Ajarkan anak untuk mengekspresikan emosinya lewat kata-kata. "Oooo jadi adek ga mau masuk kelas karena takut ibu pergi?"
Pahami perasaan dan kebutuhan anak dengan mendengar aktif, "jadi, adek ingin ibu temenin dulu?".
Pahami keterbatasan anak dan bantu ia untuk mengatasinya bahkan sebelum kita membawanya ke situasi yang mungkin akan membuat ia tidak nyaman.
"Sayang, besok adek akan mulai sekolah. Di sana akan ada bu guru yang baik, teman-teman yang banyak, ada mainan, buku, pinsil warna-warni. kamu bisa bernyanyi lagu-lagu bagus dengan bu guru dan teman-teman. Bunda juga bekalkan makanan kesukaanmu, mau? Bunda akan jemput ketika adek akan pulang".
Hal tersebut membantu anak beradaptasi dan lebih siap dengan yang akan ia hadapi.
Sampaikan juga perasaan kita dengan kata-kata dan tindakan untuk mendapat respon positif.
"Bunda akan senang sekali jika adek masuk kelas dengan gembira dan ikut main bersama teman-teman di dalam kelas".

Jika kenyataan yang terjadi tak seindah yang dibayangkan, lakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan sebagai orang tua : Menerima perasaan dan memahami kebutuhannya.
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰
Yayasan Kita dan Buah Hati
〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰〰